Senin, 06 Januari 2025

Poin Apa yang Bisa Diambil dari Drakor Brewing Love

Sekilas tentang drama ini: seputar pembuatan bir, bisnisnya dibumbui dengan drama kehidupan juga romansa muda. 

Menurut gue ini tema yang cukup fresh dengan latar ladang anggur mereka dan suasana pedesaan cukup buat gue betah dengan drama ini. 

Selain dari genre besar mereka yaitu romansa, mereka juga meyuguhkan komedi dan yang sangat berkesan buat gue adalah lesson lifenya.

1. Di suatu scene pada episode 7, ada salah satu karakter yang namanya Rao. Ceritanya mereka lagi di pedesaan tempat produksi bir, lalu kemudian Rao dapat telepon dari ibunya kalau ayahnya pingsan dan dilarikan ke RS. Saat itu Rao mau langsung bergegas ke RS, cuma ditahan sama pemilik Pabrik—Yoon karena sebelumnya mereka abis nyoba sampel bir. Akhirnya Rao pergi ke RS bareng Yoon juga Ketua Timnya—Yong Ju.

Pas di RS, ternyata ayahnya terkena stroke dan perlu di operasi segera. Di situ Rao kaget dan nangis, begitu pula ibunya. Dokter minta wali pasien untuk tanda tangan borang (formulir) penyetujuan penindakan dan diarahkan ke Rao. Rao yang mendengar itu, menoleh ke arah ibunya yang gue tangkep dia mau biar ibunya aja yang tanda tangan. Cuma ternyata ibunya nangis sambil terduduk dan kondisinya shock berat jadi mau engga mau Rao yang menerima borang itu. Borangnya udah di tangan Rao, tapi dia cuma terdiam. Gue tebak dia engga siap dengan kondisinya saat itu. 

Ngeliat Rao yang terdiam, Ketua Tim—Yong Ju jadi keinget sama dirinya beberapa tahun lalu. Yong Ju juga pernah mengalami hal serupa, ketika neneknya masuk IGD dan dia satu-satunya yang bisa dijadikan wali pasien. Saat itu dia masih sangat muds dan sama seperti Rao, dia engga siap dengan keadaan itu.  Maka dari itu, Yong Ju mendekat ke arah Rao yang terdiam itu dengan memberi kalimat penguat sekaligus penyadar kalau Rao harus segera tanda tangani itu. Selesai. Borangnya udah ditanda tangani.

Setelah dokter pergi dengan borang itu, Rao lanjut berlarut. Dia menangis dan merasa  engga siap.  Nah, di sini adalah part yang gue suka. Yong Ju mendekati Rao dan bilang gini, "engga selamanya orang tua itu jadi pelindung untuk kita, ada kalanya kita harus melindungi mereka"  

Menurut gue ini penyadar yang mujarab. Orang tua memang melindungi anaknya, tapi mereka juga manusia. Ada saatnya mereka lengah, ada kalanya mereka engga cukup kuat untuk melindungi kita. Tahu apa yang jadi pelindung sejati buat kita? Tuhan. 

Jadi itulah kenapa kita meminta perlindungan ke Tuhan, karena Dia pelindung sejati yang mutlak. Orang tua hanyalah sepasang manusia ciptaan Tuhan yang diamanahi satu atau lebih manusia lainnya untuk dirawat dan dibesarkan. Terlepas dari itu, mereka hanyalah manusia yang memiliki celah, kelemahan, dan bisa berbuat salah. 

Balik ke cerita, abis bilang kata-kata itu Yong Ju meminta Rao untuk ikut dia. Ternyata mereka pergi ke minimarket.

Tahu untuk apa? Membeli kebutuhan ayah Rao selama di RS. Yong Ju ngasih tau soal popok apa yang harus dipakai dan mana yang lebih murah, dan menyuruh Rao untuk bersikap manis ke ayahnya supaya ayahnya tidak malu ketika mau mengganti popok dan hal praktikal lainnya. 

Menurut gue, ini oke banget. Ketika dapat masalah, orang itu cenderung larut dengan masalahnya. Ini wajar kok, cuma jangan terlalu lama. Masalah ada untuk dihadapi supaya segera pergi. Kalau kita terlalu larut, terus kapan masalahnya mau dieksekusi? 

Di scene ini, Yong Ju mengajari Rao supaya jangan terlalu larut dalam kesedihan. Rao harus segera bangkit dan mulai menghadapi masalahnya. Daripada merenungi keadaan lebih baik mempersiapkan diri dan pikiran untuk mendapatkan solusi dan menata kedepannya harus seperti apa. 

(Suka banget sama karakternya Yong Ju🤩)


2. Di suatu waktu, ada keadaan ketika Yong Ju dan Yoon akhirnya tahu kalau mereka pernah bertemu sebelumnya.  Waktu itu Yong Ju sempat menolong Yoon saat pingsan di dalam mobil dan segera membawanya ke RS. Di saat yang sama, neneknya Yong Ju menelpon saat Yong Ju menyelamatkan Yoon. Neneknya menelpon tapi engga terangkat Yong Ju. Setelah selesai dengan urusan di RS, Yong Ju pulang. Keadaan sepi, dia mencari neneknya dan ternyata sedang dalam keadaan pingsan. Panik campur takut, Yong Ju segera menelpon ambulance dan pergi ke RS. Neneknya masuk IGD dan setelah beberapa saat dokter keluar sambil memberi tahu kalau neneknya perlu dioperasi secepatnya. Yong Ju harus membuat keputusan lalu menandatangani borang penyetujuan tindakan. Syukurnya, neneknya berhasil dioperasi. Begitu ceritanya. 

Saat ini dia merasa bersalah lagi ke neneknya. Andai dia tahu lebih awal kalau neneknya menelpon. Begitu kira-kira penyesalannya Yong Ju. 

Kalau bisa kasih masukan ke Yong Ju, gue bakal ngelanin dia konsep takdir: sesuatu yang memang udah digariskan oleh Tuhan. Jadi masa Yong Ju galau pas masa itu, bisa lebih cepet pulihnya alias Yong Ju cepet move on nya. Jelas aja konsep ini bakal membuka mata Yong Ju kalau di dunia ini ada sesuatu yang bisa kontrol dan ada yang engga. Kita mahluk yang lemah, engga punya pengetahuan akan masa depan dan penuh celah. Hal ini wajar: yang harus kita lakukan adalah menerima takdir itu alias ikhlas dan menjalaninya.

Kira-kira segitu yang bisa gue ambil. 

Banyak sebenernya poin-poin berharga dari drama ini, cuma yang gue sebutin di atas adalah yang cukup berkesan di hati.

Segitu dulu, sehat-sehat semua.

Dadah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Turns your sunday so it feels more brigthly

Bién venidos , Ide ini muncul karena keresahan gue yang rutin muncul tiap minggu malem : menghadapi kenyataan kalau besok senin. Ada matkul...